Halaman
145
Bekal Kepribadian
D.
Menulis Cerpen Berdasar Kehidupan Sendiri
16.1
Menulis (Sastra)
Tujuan Pembelajaran:
Kamu akan mampu menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen
(pelaku, peristiwa, latar).
Kamu tentu memiliki sebuah pengalaman yang paling berkesan. Bagaimana
cara kamu menuangkan pengalamanmu? Bercerita kepada kawan, menuliskan
di buku harian, atau dibuat cerita?
Pada pelajaran ini kamu akan berlatih menulis cerita pengalaman dalam bentuk
lain, yaitu dalam bentuk cerita pendek. Wah, tentu menarik sekali, bukan?
Untuk menulis sebuah cerpen berdasarkan pengalaman, kamu harus
memerhatikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut.
1. Ingat-ingatlah pengalamanmu yang paling menarik dan berkesan.
2. Tentukanlah nama tokoh-tokohnya.
3. Rangkailah menjadi suatu cerita yang menarik.
4. Kamu dapat menempatkan posisimu sebagai sudut pandang orang pertama,
kedua, atau ketiga.
5. Tulis cerpenmu dalam bahasa yang menarik seolah pembaca juga ikut
merasakan.
6. Tutuplah dengan bagian akhir cerita yang menarik bagi pembaca.
1. Bentuklah kelompok yang terdiri dari lima anggota.
2. Berkunjunglah ke perpustakaan sekolahmu, kemudian carilah buku
yang bertopik budi pekerti dan tata krama.
3. Dengan langkah-langkah di atas, buatlah rangkumannya.
4. Laporkan kepada guru dengan format berikut ini!
Judul buku
:
.........................................................................
Pengarang
:
.........................................................................
Jumlah halaman/bab
:
.........................................................................
Tahun terbit
:
.........................................................................
Penerbit
:
.........................................................................
Garis besar rang
kuman :
.........................................................................
Isi rangkuman
:
.........................................................................
2
146
Bahasa Indonesia Kelas X SMA/MA
Sekarang, perhatikan contoh cerita pengalaman bentuk cerpen berikut!
Balada Helm Bathok
Sedih rasanya apabila bepergian dengan bekal keuangan yang mepet.
Lebih-lebih lagi apabila dalam perjalanan terkena razia/operasi lalu lintas
yang mau tidak mau harus mengeluarkan uang, agar urusan cepat selesai
dan tak jadi beban pikiran.
Peristiwa ini saya alami pada hari Kamis, 11 April 2007. Ketika itu,
saya menjadi panitia penerimaan siswa baru di Pesantren Al Iman Muntilan
seksi penyebaran brosur. Hari itu saya berangkat ke Temanggung, untuk
menyebarkan brosur. Dari Muntilan saya naik sepeda motor berdua dengan
seorang santri, bernama Suranto. Saya membawa perlengkapan yang asal-
asalan. Saya memakai helm standar, sementara Suranto memakai helm
bathok.
Sesampai di Temanggung, saat melewati pos polisi, saya diminta
berhenti. Setelah menanyakan kelengkapan surat, ternyata ada yang tidak
oke, yaitu helm bathok yang dipakai Suranto. Kami dianggap melanggar
peraturan lalu lintas. Agar tidak berbelit-belit urusannya, petugas saya beri
‘uang damai’ Rp20.000. Setelah itu, saya diperbolehkan melanjutkan
perjalanan.
Eeee... baru berjalan sekitar 1 km, saya dipepet motor Poltas dan dia
menyuruh kami berhenti di pinggir jalan. Batin saya, pasti ini urusan helm
bathok. “Selamat siang. Bapak telah melanggar peraturan lalu lintas.
Helmnya tidak standar,” kata petugas. “Siap Pak,” jawab saya. “Saya tidak
tahu peraturan di sini. Saya baru saja ditilang di pos pertama tadi,” kata
saya mengiba.
Syukurlah, saya tidak dimintai ‘uang damai’. Saya dipersilakan
meneruskan perjalanan. Eee... baru berjalan sekitar 10 meteran, saya disemprit
147
Bekal Kepribadian
polisi lagi, dan kali ini polisinya agak garang. Saya jadi deg-degan. Apalagi,
uang di dompet hasil ngutang, dan jumlahnya pas-pasan untuk jalan.
Setelah surat-surat diperiksa polisi, dengan gemetar saya katakan sama
dengan petugas itu, “Pak maaf, mohon maaf sekali, saya tadi sudah ditilang
dua kali.’’ Langsung dijawab oleh petugas itu, “Ya sudah, sana jalan. Lain
kali kalau keluar kota jangan pakai helm bathok,” katanya. Syukurlah,
saya selamat, meski tetap deg-degan juga, gara-gara helm bathok yang
dipakai Suranto.
Mustofa
dalam Sedayu, Muntilan, Republika Minggu, 20 Januari 2008
Kerjakan di buku tugasmu!
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut berdasarkan cerita pengalaman
di atas!
1. Siapa saja pelaku dalam cerita di atas dan bagaimana karakternya?
2. Di mana letak kemenarikan cerita di atas? Berikan alasanmu!
3. Apa tema cerita di atas?
4. Bagaimana
setting
/latar ceritanya yang meliputi:
a. latar suasana,
b . latar waktu,
c. latar tempat.
5. Hikmah apa yang kamu dapatkan dari cerita tersebut?
Kerjakan di buku tugasmu!
Kerjakan latihan berikut!
1. Ingat-ingatlah pengalaman yang berkesan di hatimu.
2. Pengalaman tersebut dapat berupa pengalaman yang bersifat lucu,
mengharukan, menyedihkan, menakutkan, atau menyenangkan.
3. Dengan langkah-langkah yang telah kamu pelajari, susun menjadi sebuah
cerpen yang menarik.
4. Susun dahulu bagian-bagian cerita yang meliputi:
a. awal cerita,
b . inti cerita,
c. akhir cerita.
5. Tukarkan dengan kawanmu untuk dibaca dan dianalisis unsur intrinsiknya
yang meliputi pelaku dan wataknya, urutan/bagian cerita, dan latarnya.
5
6